2.4 Elemen Penunjang Sistem Akusisi Data

2.4   Elemen Penunjang Sistem Akusisi Data

1.  Tranduser

Dalam praktik banyak contoh transduser yang dipakai dalam sistem akuisisi data, misalnnya physically displacement transducer, humidity transducer, thercouple, accelerometer, tachometer, strain gage tran-sducer, dan lain-lain. Spesi kasi transduser yang penting adalah ke-cepatan, ketelitian dan keandalamn.

2.  Operational Amplifer

Tegangan atau arus listrik yang dihasilan sebuah tranduser itu biasa-nya kecil. Sedangkan komponen A/C converter yang digunakan dalam sistem akuisisi data bekerja dalam skala penuh, misalnya 0 s/d 5 volt, -5 s/d +5 volt, 0 s/d 10 volt dan sebagainya, tergantung pada moda input dan spesi kasi komponen yang dipakai. Oleh karena itu di-perlukan yang dinamakan sebuah rangkaian signal conditioner, untuk memperkuat sinyal output dari transduser menjadi cukup besar untuk diumpankan pada A/D converter. Rangkaian signal co nditioner itu menggunakan yang dinamakan OPAMP (operational amplifer.

3.  Instrumentation Amplifer

Instrumentation Ampli er diperlukan bila data analog yang dipero-leh hendak ditransmisikan melalui jarak yang cukup jauh, dan juga untuk meredam interferensi, bila ada. Karakteristik instrumentation ampli er yang penting adalah yang dinamakan common mode reje-ction ratio (CMRR) yang tinggi, impedansi input yang tinggi, dan gain yang dapat diprogram.

4.  Isolator

Sebagai pemisah antara sumber sinyal dengan sistem akuisisi data diperlukan sebuah yang dinamakan isolation transformer, optical isolation, atau ber optic.

5.  Rangkaian Fungsi Analog

Untuk fungsi-fungsi yang tetap, rangkaian analog lebih sederhana dan lebih real time dibandingkan rangkaian pemroses (pengolah) digital. Fungsi-fungsi yang diwujudkan dengan rangkaian analog antara lain, multiplier, divider, adder, subtractor, dan fungsi-fungsi non-linier yang lain.

6.  Multiplekser Analog

Jika sinyal analog yang akan diproses berasal dari beberapa sumber, atau dari kanal komunikasi yang sama, melewati single converter, maka diperlukan sebuah multiplekser analog untuk mengkopel dan mengatur sinyal tersebut.

7.  Rangkain Sample-and-Hold

Rangkaian sample-and-holddiperlukan, karena dalam beberapa hal si-nyal analog bervariasi cukup cepat, sementara konversi sinyal dari ana-log ke digital memerlukan selang waktu tertentu, dan A/D Converte tidak bisa mendigitalkan input analog dengan sangat segera, sehingga perubahan yang cukup besar pada sinyal input selama proses konversi dapat menimbulkaan kesalahan yang cukup besar.

8.  Analog-to-Digital Converter

A/D Converter melakukan konversi data analog menjadi data digital yang setara. Spesi kasi A/D Converter yang utama adalah ketelitian absolut dan relatif, linieritas, resolusi, kecepatan konversi, stabilitas, no missing code, dan nilai komponen. Hal lain yang terkait ialah batas tegangan output, output kode digital, teknik interfacing, multiplekser internal, rangkaian signal conditoner, dan memori.

9.  Digital-to-Analog Converter

Data yang telah diproses mengalami pemrosesan, penyimpanan, dan bahkan transmisi secara digital. Mengkonversi kembali dari bentuk digital menjadi betuk analog dilakukan dengan D/A Converter.

10. Prosesor Data Digital

Prosesor ini mengolah hasil konversi A/D Co-verter secara digital.

11. Filter

Untuk menghilangkan noise yang ada, maka digunakan lter un-tuk melewatkan sinyal dengan frekuensi yang diinginkan, dan meredam frekuensi yang lain. Filter dapat diwujud secara hardware, maupun secara software.



Complete and Continue